Sabtu, 17 Desember 2011

Keris Part I



KERIS KARYA MPU YANG MEMPUNYAI DAYA RASA TARIK
Seseorang yang mempunyai keahlian membuat keris umumnya dinamakan mPu. Keris walaupun bukan benda keramat, tetapi tidak sedikit yang dikeramatkan orang. Karena adanya pengakuan dan kepercayaan yang mendalam, maka timbullah anggapan, bahwa keris atau senjata lain-lain bikinan mPu tersebut mempunyai keampuhan dan kegunaan menurut anggapannya masing-masing.
Perbedaan perasaan antara orang-orang biasa dengan mPu di dalam menangani garapannya adalah tempat yang rebut resah bagi para mPu tidak membikin gelisah. Pemandangan dan suara jorok sumbang tidak akan menjadi halangan. Sang mPu terus menempa sampai kerjanya selesai nyata. Itulah daya magnet para mPu, sehingga kuat menarik kepercayaan orang-orang yang mencintai seni karya para mPu.

KERIS AGEMAN DAN KERIS PUSAKA TAYUHAN
Untuk membuat keris ageman hanya membutuhkan bahan seperti berikut :
·         Besi Balitung (besi murni yang warnanya hitam kecoklat-coklatan)
·         Besi Purosani (besi yang timbulnya sudah bercampur baja.
·         Besi Penawang sebagai ganti Pamor (besi lunak berwarna putih pudar, tetapi anti karat)
*Adapun cara membuatnya ialah : besi purosani selebar jari manis kurang lebih 10 cm, segera dimasukkan dalam api perapian lantas ditempa sehingga menjadi lunak dengan dibentuk memanjang lurus atau berbengkok samar-samar. Kemudian besi dimasukkan ke dalam api. Besi balitung dibakar sampai membara dan di dalamnya diisi dengan besi purosani yang sudah dingin. Ditempa sehingga merekat bersatu dibentuk panjang lurus membujur atau menurut kemampuan dapurnya yang bengkokannya diharuskan bersifat ganjil. Segera ditempa dan dikurangi di ujung belakang untuk membuat pesi. Kemudian diisi dengan gambar atau gambar lekuk (racikan). Setelah membentuk racikan, besi dari pesi dibuat ganja, di tengah harus dilubangi untuk jalan menusuk. Besi 3 lapis tersebut dinamakan blabaran. Besi panawang segera dimasukkan ke api, yang mulai meleleh segera ditaruh di bagian pertama. Blabaran tersebut diangkat ditumpangkan di atas dulang landesan kemudian digosok pelan-pelan jangan terlalu menekan dari ganja sampai pucuk. Bagi yang belum bisa mempelajari keris, sulit untuk bisa membedakan nama keris ageman dibanding keris pusaka tayuhan.

PERSIAPAN SEBELUM MEMBABAR KERIS PUSAKA TAYUHAN
            Dalam enam hari mengadakan persiapan dengan perincian seperti berikut :
·         Hari I untuk membenahi atau membersihkan besalen, panyirepan, dulang landesan dan ububan.
·         Hari II untuk memikirkan dan memilih siapa-siapa yang ditunjuk sebagai pembantunya.
·         Hari III menyiapkan atau meneliti semua bahan-bahan yang dipilih.
·         Hari IV mengumpulkan para pembantu yang terpilih.
·         Hari V mengadakan selamatan.
·         Hari VI kembali meneliti bahan-bahan, sang mPu segera menetapkan mantra apa dan kata tuah apa yang akan disisipkan ke dalam pusaka nanti
            *Hari ketujuh inilah hari permulaan sang mPu melaksanakan niatnya untuk membuat keris pusaka tayuhan.



            *CARA MEMBUAT KERIS PUSAKA TAYUHAN
            Setelah mengucapkan mantra atau kata-kata permohonan, sang mPu memulai karyanya dengan urutan :
·         Besi-besi calon blabaran disediakan berjajar
·         Besi purosani diapit dan dimasukkan dalam api, kemudian diangkat dan diletakkan di atas dulang landesan. Kalau bentuk sudah memadai segera pembakaran disudahi dan besi dimasukkan ke air, dalam istilah mPu dinamakan disirep.
·         Besi balitung 40cmx8cm dibakar dimasukkan api sampai membara. Besi dibentuk memanjang ± 60cm. besi yang sudah membeku dibakar sampai membara diangkat dan ditumpangkan di dulang landesan kemudian dibekuk menjadi dua. Besi pusorani yang dingin diselipkan di tengah-tengahnya. Sekiranya sudah menunggal sebentar dimasukkan api dibikin setengah membara dan segera disirep sampai dingin.
·         Besi panawang yang memanjang dibekuk menjadi dua. Besi dingin yang berlapis tiga segera diselipkan di tengah dua lapisan. Pandangan sang mPu dialirkan mulai ujung sebelah kanan sampai ujung kiri seraya menyisipkan kata-kata. Besi segera ditempa menjadi satu lengket seakan-akan menutup jalan keluarnya suara titipan dari sang mPu tersebut. Diangkat lantas lempengan dibentuk keris yang lurus atau bengkok.
·         Lempengan besi pamor segera ditaruh di atas keris melajur mulai dari pangkal sampai ujung, kemudian dimasukkan ke dalam api. Pamor yang luluh meleleh tersebut segera digarap agar bisa menjadi gambaran menurut mPu. Pengetrapan pamor di kiri-kanan keris yang belum jadi tersebut dinamakan blabaran.
·         Blabaran keris segera oleh sang mPu ditayuh. Kalau betul-betul tayuhannya keluar berarti keris itu mampu menyimpan kata-kata tuah yang dititipkan sang mPu. Keris tersebut segera dilebur lagi, dalam istilah mPu dinamakan besi luluhan.
·         Para mPu yang sudah betul-betul dapat membabar karyanya berwujud keris pusaka tayuhan segera member nama kepada keris buah karyanya tersebut.

*PERSIAPAN SEBELUM MELAKUKAN TAYUHAN
Barang siapa yang ingin menayuh pusaka dianjurkan agar rela berpuasa. Berlakunya puasa malahan pada waktu senja semalam suntuk sehingga kita dapat melihat sang surya dari ufuk timur. Karena semalam berpuasa, selain tidak boleh makan dan minum atau tertidur maka setelah pagi lepas wajib mereka boleh makan atau minum tetapi belum diperkenankan tidur sebelum tengah hari. Tengah hari sampai senja diperbolehkan tidur. Setelah bangun diharapkan agar pusakan dan peralatan lain disiapkan baik-baik.

SYARAT KEHARUSAN DAN CARA MENAYUH
Barang-barang yang harus disediakan ialah bale-bale yang bertikar atau berkasur yang bersih dan dilurup dengan kain yang bersih. Paling sedikit dua bantal. Sebelum menayuh biasanya terlebih dahulu mengucapkan permohonan kepada Tuhan. Mulailah yang berkepentingan tidur terlentang, tangan kanan kiri jangan dipaksakan bersilang dada. Keris yang akan ditayuh diletakkan dekat telinga sisi kiri, dialasi bantal. Ruangan untuk menayuh agar ditutup dan dikunci. Walau mata memejam tetapi dalam rasa arahkan terus pandangan kea rah hidung. Biasanya melakukan tayuhan dengan bersikap tidur, bila menerima tayuhan kebanyakan hanya suara tuah saja yang terdengar. Jarang sekali menerima gambaran-gambaran yang keluar dari keris yang ditayuh tersebut.
Bila keris yang dihunus waktu siang hari, maka daya ultraviolet mengalahkan daya suara tuah yang akan mengalir keluar. Sebaliknya bila keris itu ditayuh waktu malam hari, apalagi di tempat yang kelam, tertutup dan terkunci memperlancar tanda-tanda dan keluarnya daya suara tidak dihalangi daya kekuatan lain dari luar, disitulah apa yang diharapkan biasanya terkabul.

CARA MENAYUH YANG KEDUA
Cara mengenai tayuhan yang kedua ini ialah si penayuh jangan tidur terlentang, tetapi duduk bersandar ke bantal. Kaki bersikap sila, tangan bebas berilang dada. Keris ditaruh di atas meja yang letaknya di muka si penayuh. Keris jangan ditidurkan. Keadaan kamar harus terkunci atau ditutup, suasana bikinlah remang-remang. Mengenai permohonan tidak berbeda dengan yang di atas.

2 komentar: